Pada akhir tahun 1962 M. uwa ajengan berusia 40 tahun memasuki daerah Manonjaya tepatnya di daerah Cisitu bersama putra pertamanya KH. Abdul Fattah sekaligus sebagai ajudan pribadinya. Yang menjadi dasar uwa ajengan datang ke Manonjaya karena di daerah Manonjaya ada tiga alumni pesantren Wanasuka (pesantren pertama yang didirikan oleh uwa ajengan) yaitu ajengan Abdul Manan di Manonjaya sebelah barat, ajengan Abdurrosyid di Cikareo, Manonjaya dan ajengan Abad menantu abah Sukaeji yang masih adik ipar uwa ajengan, dan beliaulah orang yang pertama menerima uwa ajengan, sehingga kurang lebih tiga bulan uwa ajengan tinggal bersamanya. Dan karena daerah Manonjaya merupakan lokasi yang strategis karena letaknya pertengahan di antara tempat kelahiran uwa ajengan di Cigugur Ciamis dan kota Bandung.
Selanjutnya uwa ajengan pindah ke rumah ajengan Uho yang ada didepan (emper, B. Sunda) rumah mertuanya ajengan Abad dan tinggal kurang lebih enam bulan. Selama itu pula uwa ajengan selain membantu masyarakat sekitar baik dalam hal pengobatan, masalah keluarga atau pun dimintai do'a beliaupun mempunyai kegiatan mengajar ahli berjama'ah (berjama'ah sholat) di tajug (mushola) embah Jahidi bapaknya KH. Dudung SM mantan kepala sekolah .
MI Cisitu , dan pengajian mingguan di madrasah bapak H. Junaedi di Jalan Haji Zaenal Musthofa (Hazet) Nagarawangi kota Tasikmalaya selama enam tahun. Ahli pengajian dari semua golongan baik persis, NU ataupun Muhammadiyah oleh uwa ajengan di didik asmaul husan dan ilm-u tauhid sehingga dapat diterima oleh semua golongan tersebut. Padahal sebelum uwa ajengan mengisi pengajian mingguan di daerah tersebut pengajian hanya dilaksanakan di tiap-tiap golongan, golongan NU mengadakan pengajian setiap malam jum'at,dan pengajian Muhammadiyah setiap malam sabtu. Karena memang tujuan utama uwa ajengan adalah mengarahkan kepada persatuan dan kesatuan umat Islam.
Asal mula uwa ajengan mengisi pengajian di daerah tersebut uwa ajengan pernah di undang oleh bapak H. Onek seorang pengusaha CV. Bengawan untuk ceramah pada acara walimah nikah putranya. Kemudian masyarakat sekitar tertarik oleh ceramah uwa ajengan, sehingga uwa ajengan ditawari untuk mengisi pengajian secara rutin di daerah tersebut.
Besarnya kepercayaan masyarakat tersebut terhadap uwa ajengan, dalam hal transportasi kepengajian beliau selalu dijemput secara bergiliran oleh kelompok NU dan Muhammadiyah, paling sering beliau di jemput dengan kendaraan beroda dua (motor jawa) dan delman, bahkan kadang dijemput dengan mobil sedan milik tokoh Muhammadiyah. Uwa ajengan pun mempunyai pengajian bulanan di
pesantren KH. Udin daerah Ciherang, Awipari Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya yang masih sahabat sepesantren beliau di Sukamanah, Singaparna asuhan KH. Zaenal Musthofa. Saking simpatiknya masyarakat Ciherang yang di murobbikan oleh KH. Udin kepada uwa ajengan mereka bergotongroyong membelikan rumah panggung untuk uwa ajengan dari ustad Siroj seharga Rp. 250.000 (harga pada tahun itu). Rumah tersebut di gotong oleh kurang lebih 200 masyarakat Ciherang di pindahkan ke Cisitu kaler dan di simpan di atas tanah milik bapak H. Kosasih, karena memang uwa ajengan belum mempunyai tanah sendiri. Kemudian uwa ajengan bermaksud untuk membeli tanah tersebut dari bapak H. Kosasih namun beliau enggan menjualnya, apalagi untuk di jariyahkan. Hingga akhirnya uwa ajengan lebih memilih menumpang saja. Dan disanalah (Cisitu kaler) uwa ajengan pertama kali mengajar, di antara murid pertama beliau adalah KH. Abdul Fatah, KH. Khoeruman Azam, Ajengan Otoh dan yang lainnya.
PETUNJUK SANG GURU
Tak lama setelah uwa ajengan mukim di cisitu datanglah gurunya KH. Raden Didi Abdul Majid Salah seorang murobbi uwa ajengan yang terakhir meninggal dunia. Beliau datang sampai tiga kali berturut-turut. '
Pada bulan pertama sang guru menemui uwa ajengan beliau langsung menatap uwa ajengan sambil menangis terdiam tak mengucapkan sepatah katapun, karena melihat keadaan dan kepedihan uwa ajengan sang muridnya. Pada bulan selanjutnya KH. Raden Didi Abdul Majid datang kembali menemui sang murid, uwa ajengan. Dan beliau amanat kepada uwa ajengan : "jika ingin manfaat ilmu diam di sini ! (Manonjaya) jangan pergi ke manapun jua namun jika tidak ingin manfaat ilmu terserah (pergi kemana saja) ...". .
Namun banyak rintangan dan ujian untuk menggoyahkan ketafwidan uwa ajengan kepada sang guru yang hams di hadapi. Tak lama setelah sang guru memberikan amanah banyak tawaran yang datang kepada beliau terutama dari tokoh-tokoh agama supaya mukim di tempatnya masing-masing. Diantaranya :
- Dari bapak H. Junaedi Nagarawangi J1. H. Zaenal Musthofa (Hazet) kota Tasikmalaya di tempat pengajian mingguan uwa ajengan sendiri. Beliau akan mewakafkan tanah seluas 350 bata, dan 50 bata secara hibah bagi pribadi uwa ajengan untuk membangun rumah. Yang sekarang berlokasi di sebelah selatan pom bensin Padayungan. Dan tanah wakaf tersebut sekarang diberikan kepada alumni pesantren Miftahul Huda atas nama Ustadzah Hj. Iis yang masih asal daerah tersebut. Namun sebagian tanahnya di ambil kembali karena ada konflik dari pihak keluarga bapak H. Junaedi
- Dan bapak KH. Ismail B.A, salah seorang anggota DPR Kabupaten Tasikmalaya pada tahun itu yang masih sahabat sekelas uwa ajengan di pesantren Sukamanah. Dia menawarkan kepada uwa ajengan supaya mengisi pengajian di kantor NU (Nandhotul Ulama) kota Tasikmalaya dan menetap di perumahan NU yang ada disana, karena percayanya beliau kepada uwa ajengan. Bahkan is sempat berkata : "Uwa ajengan ilmunya di bawah ilmu saya, tapi banyak pupuk mental pada diri beliau, bahkan belum ada tandingan dalam suluknya dari daerah jawa. Karena memang belum ada ulama yang suluk bidayahnya seperti uwa ajengan, maka saya berguru kepada beliau."
- Dari bapak H. Badrudin, Dirut (Direktur Utama) Koperasi Mitra Batik pusat, Jakarta. Beliau akan menyerahkan gedung SLA di Cinehel kota Tasikmalaya sebanyak 5 bangunan dengan areal 1 hektar tanah. Sampai beliau pernah berkata : "Jika uwa ajengan masuk di organisasi PUI saya rela menyerahkan tanah dan bangunan tersebut."
- Bapak H. Udin dan simpatisannya ibu Hj. Siti Halimah, mereka akan memberikan sebuah balong/ kolam untuk diwakafkan kepada uwa ajengan untuk di bangun pesantren dan memberikan 1 ons emas, namun uwa menolaknya.
- Dari saudara uwa ajengan sendiri, KH. Kamaludin pimpinan salah satu pesantren di pangandaran Ciamis selatan yang dekat stasion kereta api. Beliau menawarkan kepada uwa ajengan bahwa ada salah seorang simpatisannya yang bernama bapak H. Kamid akan mewakafkan 1 hektar kebun kalapa yang berlokasi di sebelah selatan stasion Pangandaran Ciamis asalkan uwa ajengan siap mukim di sana.
- Bapak Ijazi kuwu/lurah desa Sindang Sari, beliau siap membangunkan pesantren tapi uwa ajengan harus menetap di Sindang Sari.
Di tengah kebingunan tersebut uwa ajengan berbisik-bisik dengan KH. Abdul Fattah (Ajudan pribadinya) mencari jalan keluarnya. Bahkan beliau pun sempat bertanya kepada sang ayahanda, Raden Mas H. Abdulloh : "Pa, bagaimana pendapat bapa? Banyak yang menawarkan ternpat dan tanah kepada saya tapi saya harus ditempatnya masing-masing..." kemudian sang ayah menjawab : "Diamlah di rumah sendiri!... daripada diam di gedung mewah milik orang lain". Akhirnya uwa pun mengikuti yang diperintahkan sang ayah, meskipun masih sedikit bimbang. Dan uwa tetap mengajar di tajug ki Aleh yang nantinya menjadi besannya sendiri dari menantu KH. Khoeruman Azam.
Terakhir sang guru uwa ajengan KH. Raden Didi Abdul Majid datang kembali menemui beliau dengan wajah ceria, merasa gembira dan bangga terhadap ketafhwidan sang murid, uwa ajengan. Dengan bangga dan penuh haru KH. Raden Didi Abdul Majid berkata : "Bahagia Affandi...Bahagia Affandi...Bahagia Affandi... " karena beliau mengetahui apa yang akan terjadi kelak kepada uwa ajengan, is akan menjadi orang yang penuh kharisma tinggi dan menjadi ulama besar. Benar apa yang disampaikan sang guru, uwa ajengan pun menjadi seorang ulama besar dan penuh kharisma. Ini karena berkah ketafhwidan yang tulus sang murid kepada gurunya. Kita bisa melihat dan merasakannya.
Mungkin ini harus jadi pelajaran bagi kita supaya kita lebih meningkatkan ketafhwidan kepada guru sebagai washilah meraih ilmu yang manfaat, penuh berkah sekaligus meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
itulah kisah tentang Awal Mula Uwa Ajengan KH. Choer Affandi Datang ke Manonjaya Tasikmalaya, semoga bermanfaat bagi semuanya... aamiin
Belum ada tanggapan untuk "Awal Mula Uwa Ajengan KH. Choer Affandi Datang ke Manonjaya Tasikmalaya"
Posting Komentar